Hipertensi merupakan masalah yang sangat besar dan serius diseluruh dunia karena prevalensinya yang tinggi dan cenderung meningkat di masa yang akan datang. Hipertensi disebut juga “The Sillent Killer” karena sebagai salah satu penyebab peningkatan angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian (mortalitas). World Health Organization (WHO) memperkirakan lebih dari 1 Milyar manusia didunia hidup dengan hipertensi dan diprediksi akan meningkat sebanyak 60% pada tahun 2025.
Di Indonesia dan dinegara berkembang lainnya hipertensi merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat. Kasus hipertensi diperkirakan akan meningkat 80% pada tahun 2025, dari sejumlah 693 juta kasus pada tahun 2000 diperkirakan meningkat menjadi 1,15 milyar kasus ditahun 2025. Di provinsi Jawa Timur kasus hipertensi merupakan kasus terbesar untuk kasus penyakit tidak menular. Sundari, doktor lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya, mengemukakan bahwa faktor umur dan keturunan berpengaruh terhadap terjadinya hipertensi esensial.
Penelitian disertasinya ini meperkuat bahwa faktor umur erat kaitannya dengan hipertensi. Semakin tua usia (lansia) mempunyai resiko tiga kali lipat mengalami hipertensi dari usia dewasa. Umur lebih dari 40 tahun mempunyai risiko terkena hipertensi sedangkan hipertensi di usia lanjut prevalensinya sekitar 40 persen dengan kematian sekitar 50 persen diatas umur 60 tahun. Sedangkan orang yang memiliki keturunan hipertensi, sepanjang hidupnya mempunyai 25 persen kemungkinan mendapatkannya pula.
Demikian disampaikan Kepala Seksi Penunjang Non Klinik RSU Blambangan, Banyuwangi ini pada ujian disertasi terbukanya di lantai VI Fakultas Kedokteran UB, Kamis (14/6). Disertasi ini dipromotori oleh Prof dr M Aris Widodo SpFK PhD, Prof dr Djoko W Soeatmadja.,SpPD.KEMD, Prof Dr drh Aulanni’am,DES. Sedangkan dosen penguji terdiri dari Prof dr Kuntoro MPH Dr PH (Universitas Airlangga), Dr Dra Sri Widyarti MSi, Dr Ir Solimun MSi.
Faktor Genetik selain keturunan didukung adanya mutasi dan polimorfisme pada promoter region gen CYP11B2 varian T(-344)C. Polimorfisme ini berhubungan dengan hipertensi karena gen CYP11B2 varian T(-344)C berfungsi sebagai gen penyandi aldosterone synthase dan satu-satunya polimorfisme single nucleotide varian T(-344)C. Namun, polimorfisme pada promoter region gen CYP11B2 varian T(-344)C lebih sering ditemukan pada ras Asia daripada ras kulit putih dan kult hitam. Di Indonesia hingga kini belum pernah dilakukan penelitian mengenai faktor risiko non genetik dan polimorfisme gen CYP11B2 varian T(-344)C dengan terjadinya hipertensi esensial.
Selain itu hipertensi esensial juga dipengaruhi oleh lingkungan, perilaku dan faktor predisposing. Faktor predisposing ini termasuk umur, jenis kelamin, dan obesitas. Penentuan faktor risiko terjadinya hipertensi esensial atau masalah kesehatan lain akan berperan banyak dalam menentukan usaha promotif dan preventif apa yang akan dilakukan untuk penanggulangan hipertensi esensial.
Gen CYP11B2 hanya sebagian kecil saja dari sejumlah besar gen dengan varian lainnya dalam Renin Angiotensin Aldosterone System (RAAS) yang dapat mempengaruhi risiko individu terkena masalah kesehatan terutama hipertensi esensial. Sundari memperkirakan kemungkinan kelak akan digunakan analisis gen yang bukan hanya satu namun bisa saja ratusan hingga ribuan gen secara bersama-sama.[ai/ang]