Kebutuhan masyarakat akan informasi yang cepat dan mudah diakses terutama terkait dengan informasi terkait penyakit dan pengobatan sangat banyak dibutuhkan. Hal ini cukup beralasan, apalagi jika seseorang dalam keadaan panik, misalnya buah hati jatuh sakit atau terjadi suatu kondisi darurat.
dr. Thareq Barasabha, MT (Dosen Teknobiomedik FKUB), menanggapi adanya kebiasaan yang sering dilakukan dan kerap terjadi di sekitar kita ini, dalam wawancaranya beliau menyampaikan bahwa, kebiasaan masyarakat Indonesia dalam mengakses informasi terutama informasi kesehatan masih belum ideal.
Masyarakat masih suka Googling atau sebutan kerennya mengakses “mbah google” saat terjadi adanya tanda-tanda gangguan kesehatan dan gejala – gejala penyertanya. Namun perlu diperhatikan kembali bahwa dalam mengakses informasi yang beredar, tidak semua informasi tersebut dapat dipertanggungjawabkan kebenaran informasinya.
Oleh karena itu, masyarakat perlu memiliki kemampuan literasi digital, minimal dapat memilah dan mempertimbangkan informasi mana saja yang dapat dijadikan referensi dan mana yang sebaiknya diacuhkan saja, atau bahkan perlu diluruskan. Tidak semua informasi yang beredar, baik yang ditemukan oleh Google apalagi postingan di grup-grup chat messenger atau media sosial.
Informasi yang dapat dijadikan referensi utamanya berasal dari naskah-naskah ilmiah seperti jurnal maupun buku, berikutnya bisa didapat dari media massa yang memang sudah memiliki nama besar, dan jika berasal dari sosial media, perlu diambil dari akun resmi milik seseorang yang memang ahli pada bidangnya.
Sementara informasi palsu, atau yang kita kenal dengan hoax, biasanya tidak mencantumkan referensi, mencatut nama seorang ahli yang mungkin bidang ilmunya tidak sesuai dengan konten, dan ditutup dengan anjuran bercetak tebal untuk menyebarkan informasi ke grup-grup lainnya.
Oleh karena itu, Bro Thareq, panggilan akrabnya, menyarankan untuk lebih berhati-hati dan tidak mudah menyebarkan informasi. Anda dapat bertanya kepada orang yang lebih paham mengenai validitas informasinya. Semoga dengan ini jumlah hoax apalagi hoax mengenai kesehatan dapat berkurang peredarannya, sehingga mengurangi kesalahpahaman masyarakat tentang penyakit dan penanganannya. (An4nk – Humas FKUB)