PKNM FKUB di Desa Permanu: Kolaborasi Mahasiswa Lintas Profesi untuk Kesehatan Masyarakat yang Berkelanjutan

Desa Permanu, Kecamatan Pakisaji, Kabupaten Malang – Selama hampir satu bulan penuh sejak 19 Juli hingga 10 Agustus 2025, menjadi sebuah pengalaman paling berkesan dan bermakna dari sekelompok mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya (FKUB) yang datang ke Desa Permanu sebagai bagian dari Praktik Kerja Nyata Mahasiswa (PKNM).

Sebuah misi pengabdian yang dirancang FKUB untuk menghadirkan ilmu pengetahuan ke tengah masyarakat. Tim yang terdiri dari mahasiswa kedokteran, farmasi, dan kebidanan ini secara bersama-sama mengaplikasikan keilmuannya untuk bekerja sama dalam menjawab berbagai tantangann dan persoalan kesehatan yang terjadi  di masyarakat Desa Permanu.

Pada PKNM tahun ini kelompok ini datang langsung ke Desa Permanu dan memulainya dengan datang langsung ke rumah-rumah  warga dan melakukan survey sederhana, sekaligus mengamati berbagai persoalan klasik terutama masalah kesehatan yang kerap terabaikan. Dari survey tersebut ditemukan masih rendahnya kesadaran warga dalam memeriksakan kesehatan dan memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada, ditambah lagi dengan factor pola hidup yang kurang sehat serta minimnya pengetahuan terkait penyakit degenerative dan kronis seperti hipertensi dan diabetes melitus.

Dari hasil ini tim kami mulai merancang pola intervensi yang langsung menyentuh terhadap kebutuhan warga, kami membagi tim dari Mahsiswa Kedokteran di tugaskan untuk melakukan pemeriksaan kesehatan dasara mulai dari mengukur tekanan darah hingga mengevalusi factor risiko penyakit. Serta memberikan edukasi sederhana tentang pencegahan penyakit seperti pola makan, mengurangi konsumsi garam, hingga memberikan kesadaran bagi masyarakat tentang pentingnya aktivitas fisik yang rutin. Sedangkan mahasiswa Farmasi berperan penting dalam mengudakasi masyarakat dalam penggunaan obat-obatan rasional. Dimana tidak sedikit warga yang masih bingung tentang aturan minum obat, terutama penderita hipertensi atau diabetes yang membutuhkan terapi jangka panjang. Melalui penjelasan yang sederhana, kami berharap warga mulai memahami pentingnya kepatuhan minum obat.

Sementara itu, mahasiswa kebidanan berfokus pada kesehatan reproduksi, gizi ibu dan anak, serta perawatan sejak dini. Mereka mendampingi ibu-ibu desa untuk mengenali tanda bahaya kehamilan, cara merawat bayi, hingga menjaga kesehatan keluarga melalui pola makan seimbang.

pKami berinovasi dalam rangka endekatan yang dilakukan agar jauh dari kesan kaku. Alih-alih hanya ceramah panjang, penyuluhan kami  dikemas dengan cara sekreatif mungkin.

Pada kesempatan yang sama kami juga memberikan simulasi Bantuan Hidup Dasar (BHD) dan melibatkan warga dewasa dan remaja desa, sedangkan edukasi pencegahan NAPZA dilakukan lewat diskusi kelompok dengan mempergunakan bahasa lokal yakni bahasa (jawa). Sehingga dari semua kegiatan ini membuat warga merasa dilibatkan, bukan digurui.

Tidak hanya di bidang medis, mahasiswa juga membangun kedekatan sosial melalui partisipasi dalam aktivitas warga. Mereka ikut kerja bakti, membantu petani di sawah, hingga menghadiri tradisi Nyadran sebagai bagian dari komunitas. Dari interaksi tersebut tumbuh keakraban yang membuat warga lebih terbuka. “Awalnya saya malu-malu cerita tentang sakit saya. Tapi setelah anak-anak ini ikut kerja bakti dan ngobrol santai, saya jadi merasa dekat. Sekarang saya malah rutin cek tekanan darah,” ungkap salah seorang warga Dusun Tunggul.

Kehadiran tim PKNM FKUB di Desa Permanu membawa perubahan yang nyata. Semakin banyak warga yang rutin melakukan pemeriksaan kesehatan sederhana. Perilaku hidup sehat mulai menjadi bahan obrolan di keluarga, dari mengurangi gorengan hingga membiasakan jalan kaki setiap pagi. Ibu-ibu PKK pun lebih aktif bertanya tentang gizi anak, sementara remaja desa semakin sadar risiko penyalahgunaan NAPZA.

Kepala Dusun Tunggul, Marto Utomo, menyampaikan apresiasinya. “Kami merasa sangat terbantu. Kehadiran mahasiswa ini bukan hanya memberi penyuluhan, tetapi juga menjadi teladan. Warga jadi lebih semangat menjaga kesehatan,” ujarnya.

Hal senada disampaikan Ketua Tim PKNM FKUB, dr. Ayunda Dewi Jayanti Jilan Putri, M.Sc. “Tujuan utama kami adalah mendekatkan ilmu yang sudah dipelajari di kampus dengan realitas masyarakat. Kami ingin memastikan bahwa pengabdian ini tidak berhenti pada penyuluhan, tetapi benar-benar memberi manfaat praktis bagi warga desa,” katanya.

Bagi mahasiswa, pengalaman ini menjadi ruang belajar yang tidak ditemui di ruang kuliah. Mereka menyadari bahwa kesehatan masyarakat tidak hanya soal teori medis, tetapi juga kearifan lokal, budaya, dan kepercayaan. “Ternyata menjelaskan tentang obat tidak bisa hanya dengan istilah medis. Harus pakai bahasa sehari-hari warga, pakai contoh yang dekat dengan kehidupan mereka. Dari sini kami belajar banyak,” kata Fety, salah seorang mahasiswa farmasi yang terlibat.

Kegiatan PKNM FKUB di Desa Permanu sejalan dengan pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs), terutama SDG 3 tentang kesehatan dan kesejahteraan, SDG 4 tentang pendidikan berkualitas, serta SDG 17 tentang kemitraan. Meski skalanya terbatas pada satu desa, dampaknya mencerminkan semangat kolaborasi lintas profesi dan kemitraan lokal yang menjadi inti pembangunan berkelanjutan.

Lebih dari sekadar program tahunan, PKNM di Desa Permanu membuktikan bahwa generasi muda dapat menjadi agen perubahan nyata. Dengan perpaduan ilmu pengetahuan, empati, dan aksi sosial, para mahasiswa menunjukkan bahwa kesehatan masyarakat tidak hanya dibangun lewat fasilitas besar atau kebijakan pemerintah, tetapi juga melalui langkah kecil yang konsisten di tingkat komunitas. Bagi warga Desa Permanu, kehadiran mereka meninggalkan jejak lebih dari sekadar kenangan: dorongan untuk terus menjaga kesehatan dan keyakinan bahwa perubahan bisa dimulai dari desa. (PKNM For Humas FKUB)