Masa Pandemi covid – 19 tak menjadikan halangan bagi 3 mahasiswa gabungan Fakultas Kedokteran dan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya (FK – FT UB) untuk terus berinovasi menemukan konsep desain rompi edukatif dalam menangani kasus henti jantung yang diberi nama Vest with CPR Instruction (VECPRI). Terobosan baru tersebut dimunculkan guna mempermudah masyarakat awam dalam memahami sekaligus mempraktikkan langkah-langkah pertolongan pertama (resusitasi) henti jantung yang bisa terjadi kapan saja dan dimana saja.
Kolaborasi ketiga mahasiswa yang terdiri dari Nabila Nur Fitriani (Kedokteran), Sevito Fernanda P (Teknik Elektro), dan Monifa Arini (Teknik Elektro) mengonsep VECPRI dengan melihat fakta saat ini. Menurut penelurusan pustaka yang mereka temukan, salah satunya Sasson et al (2013), menyebutkan bahwa sekitar 44% masyarakat memberikan pertolongan pertama saat menemui kasus henti jantung di tempat umum. “Kebanyakan kaum awam panik saat mendapatinya, dan itulah hambatan utama penanganan henti jantung” ujar Nabila menyimpulkan pencarian pustaka yang telah dilakukannya.
Mereka bersama dosen pembimbing, Ns. Ika Setyo Rini, S.Kep, M.Kep dan dosen konsultan rancangan elektronika, Agwin Fahmi Fahanani, S.T, M.T pun berinovasi membuat desain alat edukatif yang dapat melatih masyarakat awam melakukan resusitasi jika menemui henti jantung di luar rumah sakit. VECPRI merupakan rompi yang didesain detil dengan komponen penunjang antara lain sensor irama jantung (ECG), elektroda, layar penampil irama jantung, layar instruksi, dan rancangan elektronika di dalamnya. Dilengkapi dengan penanda lokasi penekanan dada, lampu LED, dan suara yang akan muncul saat melakukan pertolongan, dapat mempermudah awam menolong korban.
Tentu ketiganya telah merancang prediksi operasional, kemanan, dan pemeliharaan rompi VECPRI ini pula. Prinsip utamanya adalah ketika ada korban henti jantung, masyarakat awam akan memakaikan rompi ini lalu menyalakan tombol on yang ada untuk mengaktifkan GPS sehingga tenaga media di rumah sakit terdekat dapat segera menuju lokasi kejadian. Lalu elektroda akan dipasangkan untuk mengetahui bagaimana irama jantung korban, apakah perlu resusitasi atau tidak. Jika perlu, layar otomatis memunculkan instruksi untuk melakukan penekanan dada di penanda lokasi dan mengikuti suara yang muncul. Kedalaman penekanan akan benar apabila lampu LED menyala. Penolong akan melakukan penekanan dada sembari menunggu petugas medis datang.
Menurut Nabila, “dengan disertai video animasi alat, kami yakin rompi VECPRI ini dapat menjadi teknologi tepat guna bagi masyarakat luas serta dapat bermitra dengan fasilitas umum dengan kemungkinan kejadian henti jantung tinggi seperti bandara, kantor, tempat olahraga, dll”. Rencana kedepannya, mereka akan mengurus HAKI/Paten untuk konsep ini agar tidak disalahgunakan oleh pihak lain. ……….(NNF for Humas FKUB)