Dosen dan mahasiswa program magister Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya (FK-UB) mengikuti workshop penulisan jurnal internasional selama tiga hari (24-26/11). Mereka dibimbing langsung oleh Guru Besar bidang Biomedical Science dari Erasmus University Medical Centre Rotterdam Belanda Prof. Henri A. Vernbrugh, MD, PhD, FIDSA. Kegiatan ini dilakukan disela-sela aktivitas penelitian Vernbrugh di Rumah Sakit Saiful Anwar (RSSA) Malang.
Bersama tim peneliti mikrobiologi dan kandidat PhD bimbingannya yang juga dosen FK-UB, Vernbrugh meneliti tentang infeksi di rumah sakit yang disebabkan bakteri yang resisten terhadap antibiotika. Rendahnya sumber daya di rumah sakit pemerintah dibanding rumah sakit swasta, menurutnya menjadi salah satu penyebab hal ini. “Rendahnya sumber daya menyebabkan tidak bagusnya tindakan pencegahan yang efektif melawan infeksi,” kata dia. “Untuk itu perlu dilakukan intervensi,” ia menambahkan.
Akses Jurnal Internasional
Kurangnya pengalaman menurut Vernbrugh merupakan salah satu alasan mengapa dosen FK-UB kesulitan mengakses jurnal internasional. “Kalau dikatakan kurang pengalaman tidak juga, karena mereka telah menulis tugas akhir seperti tesis ataupun disertasi,” ungkapnya. Penyebab lainnya yang ia tengarai adalah tidak adanya insentif dari pemerintah kepada peneliti. Secara umum ini mengindikasikan bahwa ilmu pengetahuan tidak terlalu bernilai di Indonesia. “Meskipun peneliti telah menghasilkan banyak publikasi bahkan nobel, di Indonesia mereka akan tetap miskin,” terangnya.
Salah satu strategi agar bisa terindeks di jurnal internasional disampaikan Vernbrugh adalah harus menyertakan data. “Penyertaan data ini penting,” tandasnya. Selain itu, hal lain yang perlu dilakukan adalah memilih jurnal yang tepat untuk publikasi. “Harus tahu mana jurnal yang tepat untuk publikasi,” kata dia. Kepada para peserta, Vernbrugh kemudian membantu memfokuskan keahliannya pada karya tulis yang telah dibawa dan siap dipublikasikan.
Disampaikan Ketua Pelaksana Agustina Tri Endharti, S.Si, PhD, kegiatan ini diselenggarakan dalam rangka Program Hibah Kompetisi (PHK). Harapannya untuk memberi motivasi kepada para dosen untuk membuat publikasi di jurnal internasional seperti Thomson Reuters ataupun Scopus. Disamping itu, juga untuk mendukung UB menjadi world class entrepreneurial university.
Agustina yang menyelesaikan program doctoral dan postdoctoral di Nagoya University, menyampaikan rendahnya publikasi dosen UB jika dibanding perguruan tinggi di Malaysia dan Singapura atau bahkan dengan Unair, Undip, UI, UGM. Rendahnya publikasi dosen UB yang bisa tembus jurnal internasional menurutnya disebabkan sedikitnya insentif yang diberikan pemerintah kepada peneliti. Selain itu, ia juga melihat banyaknya doktor atau bahkan profesor yang justru sibuk dengan urusan administrasi, bukannya meneliti. “Workshop ini dilakukan untuk memberi tips dan trik agar bisa tembus jurnal internasional,” katanya. [denok/An4nk]